Atasi Masalah Harga Karet, Pemprov Jambi Akan Kumpulkan Perusahaan dan UPPB Untuk Mencari Solusi

Kopasjambi.com, Jambi – Merespon cepat masalah harga karet yang murah dan persoalan banyaknya petani yang beralih profesi. Pemerintah Provinsi Jambi mengambil Langkah cepat untuk mengatasinya. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Agus Rizal mengatakan, pihaknya akan mengundang pihak perusahaan. Dan juga Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahal Olah Karet (UPPB) pada Selasa (20/6) untuk mencari solusi terbaik.

“Hari selasa kami akan mengundang pihak perusahaan dan Ketua UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet)  untuk mencari solusi terbaik. Agar petani mau bekerja kembali, harga naik. Harga karet dengan kualitas kadar karet kering 50 % yang layak dan bisa seimbang dengan pendapatan tenaga kerja sawit Rp.20.000/kg,” ujar Agus Rizal dalam rilis yang di terima Kopasjambi.com.

Selain itu, Pemerintah Provinsi Jambi juga akan terus melakukan penguatan kelembagaan petani karet melalui pelatihan dan pemberian bantuan.

“Kita terus melakukan penguatan kelembagaan petani karet melalui kegiatan pelatihan. Juga memberikan bantuan alat panen, unit pengolah hasil, Peremajaan karet, bantuan deodoran rubber/deorub/bahan pembeku latex ramah lingkungan. Termasuk pembentukan dan pembinaan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet Bersih (UPPB), fasilitasi kemitraan dengan pabrik,” papar Agus Rizal.

“Kalau pelatihan, kemarin hari sabtu sd Minggu di hotel Abadi Sarolangun kami adakan Pelatihan petani karet 4 kelompok melalui dana BIO CF. Kita akan dorong tumpang sari/tanaman sela jahe, kunyit, lengkuas, kapulaga di kebun karet. Tapi perlu bantuan melalui APBD,” tandasnya.

Harga Karet Murah Juga Dipicu Banyaknya Petani Karet Alih Profesi

Selain itu, Agus Rizal menjelaskan, bahwa persoalan harga karet ini juga di picu semakin banyaknya para petani yang beralih profesi. Akibatnya, produksi karet mentah pun menjadi sedikit. Al hasil, sejumlah perusahaan pun mulai kebingungan mencari bahan baku karet. Dampaknya, sejumlah perusahaan terpaksa mengurangi tenaga kerja dan ada juga perusahan yang tutup.

“PT Angkasa Raya tutup, yang 4 lagi pengurangan karyawan karena kekurangan bahan baku. Penyebabnya harga karet rendah, tenaga kerja penyadap karet banyak berpindah kerja panen sawit dan penambang emas,” jelas Agus Rizal.

“Tenaga kerjanya yang dak mau lagi, karena harus tiap hari nyadap mulai jam 5.00 pagi, hasilnya cuma Rp.50.000. Itupun nunggu 3 hari di bekukan dan mengurangi kadar air supaya harganya naik. Sedangkan dodos sawit Rp.200.000, waktunya cukup jam 8.00 sd 13.00 duit langsung di bayar. Kalau dompeng/nebeng istilah cari emas paling sedikit tiap hari dapat Rp.300.000,” tambahnya.

Terkait dorongan agar Pemerintah Provinsi Jambi mencari investor untuk menciptakan industri hilir karet, Agus mengaku pesimis. Pasalnya, para pengusaha pabrik Ban akan sulit bersaing dengan pabrik-pabrik di pulau Jawa.

“Kalau mencari investor pabrik ban ke Jambi, tidak memungkinkan karena bahan baku ban (karet, kawat baja, benang dan bahan kimia). Di Jambi cuma ada bahan baku ban. Pemasaran ban juga banyak di Jawa. Jadi pengusaha sudah hitung, rugi di transportasi dan pemasarannya,” pungkasnya. (R1)

Komentar