Kopasjambi.com, Jambi – Datuk Zainul Bahri, lestarikan budaya melalui Batik Jambi. Hal ini bukanlah tanpa suatu alasan, sebagai daerah yang kaya akan potensi daerah, adat dan budaya. Salah satu ciri khas dari Provinsi Jambi adalah Batik Jambi, di mana ragam corak dan motifnya sangat berbeda dengan batik-batik dari pulau Jawa.
Di ketahui bahwa Datuk Zainul telah berkecimpung di dunia Batik Jambi ini selama 35 tahun lebih. Dengan tempo waktu yang lama, ia telah menciptakan hingga 800 motif batik. Di antaranya terdapat motif merak ngeram, motif durian pecah, motif batik 3 negeri, dan masih banyak lagi. Bahkan pada saat pandemi covid-19, ia menciptakan banyak motif, salah satunya motif corona. Tentunya setiap motif memiliki filosofi dan pemaknaan mendalam tersendiri.
Saat ini, Datuk Zainul Bahri menjadi warga dari Kampung Danau Sipin Kelurahan Legok Kecamatan Danau Sipin Kota Jambi. Ia memiliki galeri batik yang bernama Bahri Batik. Selain membuat kerajinan Batik Jambi untuk produksi, Datuk juga aktif menjadi pembina kelompok batik, dan menerima komunitas ataupun perorangan untuk belajar membatik.
“Saya merasa senang bisa belajar dan memberikan pengetahuan kepada anak muda. Tentang batik, budaya dan sejarah Negeri Jambi,” tutur Datuk Zainul Bahri.
“Saya berharap anak muda bisa peka terhadap lingkungannya. Karena kalian generasi muda adalah penggerak masa depan, melanjutkan perjuangan. Mengambil peran agar roda tersebut bergerak di setiap kebaikan,” imbuhnya.
Sebagai pengrajin Batik Jambi yang terbilang senior, Datuk Zainul sering mengikuti event-event baik lokal maupun nasional. Hal ini tidak lepas dari tujuannya, yaitu ingin memperkenalkan Jambi dari sisi Batik. Bahwa Jambi juga memiliki batik yang khas, dan ternyata Batik Jambi ini merupakan Batik Tertua di Sumatera.
Kemudian, beberapa desainer tanah air pun turut dalam mempopulerkan karya-karyanya. Di antaranya yaitu, Itang Yusnasz, Irwan Tirta, Edwar Hutabarat, Ramli, dan Karmanita.
Yayasan Batik Indonesia
Di Indonesia sendiri terdapat Yayasan Batik Indonesia, di dirikan pada tanggal 28 Oktober 1994. YBI di prakarsai oleh Ibu Jultin Ginandjar Kartasasmita, Bapak Ir. Firdaus Ali dan Bapak DR. Dipo Alam MEM. Yang kini di ketuai oleh Ibu Yanti Airlangga.
YBI memiliki misi sosial, budaya, dan ekonomi yang bertujuan untuk pelestarian, perlindungan, pengembangan, dan pewartaan batik nasional. Yaitu sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Selama ini YBI aktif memajukan usaha kerajinan batik melalui kegiatan ekonomi bernilai tambah. Yang pada gilirannya akan mampu mendukung pemerataan dan peningkatan pendapatan, perajin atau pengusaha batik kecil dan tradisional.
Selain itu, YBI juga di anugerahi lisensi sebagai anggota Non-Governmental Organization (NGO) – The United Nations Educational Scientific and Cultural Education (UNESCO) No. 90487. Yayasan Batik Indonesia seiring dengan program UNESCO turut serta mengembangkan visi misi program budaya.
Sebagai warisan budaya yang di akui dunia, batik sepatutnya di rawat dan di lestarikan. Upaya inilah yang di lakukan Yayasan Batik Indonesia (YBI). Hingga membawa batik tampil di Billboard, Time Square New York, Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Yayasan Batik Indonesia Juga membantu para pengrajin Batik Jambi pada masa pandemi covid-19. Dengan cara melakukan pameran dari seluruh karya pengrajin batik yang di tampilkan pada galeri YBI. Melalui pameran yang berlangsung pada Agustus 2020, banyak para pengrajin Batik Jambi yang terbantu. Salah satu peserta dalam pameran tersebut ialah Datuk Zainul. Selain karyanya di kenal banyak orang, dari segi ekonomis juga membantu untuk mengembangkan kembali produknya. (cad)
Komentar