Geng Motor Jadi Alasan Untuk Mencari Jati Diri 

Kopasjambi.com, Jambi – Kepala kejaksaan negeri (Kajari) Jambi Fajar Rudi Manurung berkomentar persoalan geng motor yang semakin meresahkan. Terakhir. Adanya bentrok antar geng motor yang memakan korban jiwa, tindakan seperti itu sudah tidak bisa di pandang sebelah mata.

“kita harus sama sama mencari jalan keluar terbaik, agar Jambi kembali aman dari teror geng motor” kata dia, Selasa (27/12).
Dari sekian banyak yang berhasil di tangkap mayoritas melibatkan anak dibawah umur.
“Kebanyakan mereka tidak tinggal sama orang tua, ada yang tinggal dengan neneknya, ataupun pamannya. Mungkin saja saat bergaul salah jalan, seperti mengonsumsi minuman keras, sehingga mereka di luar kendali dan tak ada lagi rasa belas kasihan kepada orang,” paparnya.
Para pelaku yang masih usia pelajar ini, kata Fajar Rudi, juga sedang proses pencarian jati diri. “Tidak ada motifnya sama sekali, itu yang kita heran,” imbuhnya.
Dia meminta agar Pemerintah Kota Jambi, serta Dinas Pendidikan juga harus ikut bertanggung jawab atas fenomena ini.
“Mereka ini mencari identitas diri, saya (pelaku) ini ditakuti, kalo saya (pelaku) sudah membacok orang, saya (pelaku) masuk penjara, saya ditakuti di kelompok itu,” katanya lagi.
Meski banyak remaja di bawah umur dalam peristiwa geng motor, terdapat pula orang dewasa yang memotivasi anak-anak tersebut, kata Rudi.
Fajar Rudi meminta agar Pemerintah Kota Jambi, Dinas Pendidikan, serta alim ulama ikut serta mencari akar permasalahan sehingga kejadian-kejadian yang melibatkan geng motor remaja tidak terulang.

Jambi Bukan Untuk Geng Motor

Mantan Aspidum Kejati Jambi itu menyebutkan kejadian serupa agar tidak terulang lagi, yang lebih parah mereka menggunakan senjata tajam untuk melakukan kejahatan.

“Anak-anak pelajar mempergunakan senjata tajam seperti itu sangat berbahaya, tidak seharusnya pelajar atau pun masyarakat umum membawa parang dengan ukuran besar di tempat umum. Terlebih pada malam hari.” Sebutnya.
“Tapi rata-rata (tuntutan) di antara 3 sampai 5 tahun. Karena sebagian mereka anak-anak, tentu tidak bisa memberikan tuntutan maksimal,” akunya.
Terlepas dari terdakwa yang berstatus di bawah umur, jika pelaku melakukan perbuatan berulang dan berakibat fatal, maka JPU tidak segan untuk memberikan tuntutan maksimal.
“Tapi kalau pelakunya dewasa, kita tuntut maksimal. Hukuman itu, agar memberikan efek jera kepada pelaku. Sehingga Kota Jambi bisa lebih kondusif. Jambi bukan kotanya geng motor atau kotanya mafia yang menakutkan bagi masyarakat,” Tambahnya.
Peristiwa serupa tidak boleh di abaikan, semua elemen harus mencari akar permasalahan yang menyebabkan banyak anak di bawah umur terlibat. (R4)

Komentar